KAJIAN
HERMENEUTIK DENGAN MENGGUNAKAN KRITIK NARATIF TERHADAP KISAH
“KAIN
DAN HABEL”
(קַיִן וַהֶבֶּל)
KEJADIAN
4:1-16
1.
MEMBACA CERMAT
2.
RINGKASAN CERITA DALAM ADEGAN-ADEGAN
a) Adegan
yang pertama (4:1-2), dimulai dengan kisah mengenai seorang manusia yang
bersetubuh dengan Hawa istri dari manusia itu. Dengan persetebuhan yang
dilakukan antara manusia dengan Hawa istrinya, maka mengandunglah istri dari
manusia itu dan melahirkan anak yang pertama. Nama anak yang pertama adalah Kain
karena kata perempuan itu:”Aku telah
mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan Tuhan”. Selanjutnya
dilahirkannyalah Habel, adik Kain. Habel menjadi seorang gembala kambing domba
sedangkan Kain menjadi seorang petani.
b) Adegan
yang kedua (4:3-5a), adalah cerita mengenai persembahan yang diberikan oleh
Kain dan Habel. Diceritakan bahwa, setelah beberapa waktu yang lama maka Kain
mempersembahkan sebagian dari hasil tanah, kepada TUHAN sebagai korban
persembahan. Demikian juga dengan adiknya Habel mempersembahkan korban
persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yaitu lemak-lemaknya; dari hasil
korban yang diberikan Hebel, maka TUHAN mengindahkan apa yang diberikan Habel
kepada TUHAN. Sedangkan korban bakaran Kain tidak diindahkan oleh TUHAN.
c) Adegan
yang ketiga (4:5b-7), dijelaskan bahwa hati Kain menjadi panas ketika
persembahannya tidak diindahkan oleh TUHAN. Selanjutnya dilanjutkan dengan
percakapan antara TUHAN dengan Kain. Selanjutnya TUHAN berkata kepada Kain “Mengapa hatimu panas dan mukamu muram?
Apakah mukamu tidak akan berseri jika engkau tidak akan berbuat baik, dosamu
sudah mengintip di depan pintu dan engkau harus berkuasa atasnya”. Pada
bagian ini pertanyaan TUHAN tidak dijawab oleh Kain.
d) Adegan
yang keempat (4: 8), terjadi suatu tragedi pembunuhunan ketika Kain yang panas
hatinya mengajak adiknya Habel ke padang, lalu dipukulnya dan dibunuhnya.
e) Adegan
kelima (4: 9-10). Pada bagian ini TUHAN bertanya kepada Kain mengenai
keberadaan adiknya yaitu Habel, dan Kain menjawab bahwa ia tidak tahu. Kemudian
TUHAN bertanya kepada Kain mengenai perbuatannya. Selanjutnya TUHAN berkata
bahwa darah adiknya berteriak-teriak kepada-Nya.
f) Adegan
keenam (14:11-12 )Selanjutnya TUHAN mengutuk Kain bahwa tanah yang akan
diusahakannya tidak akan memberikan hasil penuh dan ia akan menjadi pelarian dan
pengembara di bumi. Perkataan ini sebagai hukuman yang disampaikan TUHAN kepada
Kain yang telah membunuh adiknya Habel
g) Adegan
ke tujuh (14:13-15), pada bagian ini Kain berkata kepada TUHAN bahwa hukumannya
lebih besar dari pada yang dia tanggung. Katanya TUHAN telah menghalaunya dan
dia akan bersembunyi dari hadapan-Nya
ketila ia akan menjadi pelarian dan pengembara di bumi maka pasti ia akan
dibunuh. Selanjutnya dengan mendengar perkataan dari Kain maka TUHAN pun
memberikan perlindungan kepada Kain bahwa barangsiapa yang membunuh Kain akan
dibalaskan kepadanya tujuh kali lipat. Lalu TUHAN memberikan tanda kepadanya agar Kain tidak dibunuh ketika bertemu dengan
siapapun.
h) Adegan
yang kedelapan (14:16), pada bagian terakhir menceritakan bahwa Kain pergi dari
hadapan TUHAN dan menetap ditanah Nod di sebelah Timur Eden.
3.
PERBANDINGAN TERJEMAHAN
v KJV Genesis
4:1 And Adam knew Eve his wife; and she conceived, and bare
Cain, and said, I have gotten a man from the LORD.( Dan
Adam tahu istrinya Hawa, dan ia mengandung, dan telanjang Kain, dan berkata,
saya mendapatkan seorang pria dari TUHAN)
NIV
Genesis 4:1 Adam lay with his
wife Eve, and she became pregnant and gave birth to Cain. She said, "With
the help of the LORD I have brought forth a man." (Adam
berbaring dengan istrinya Hawa, dan ia menjadi hamil dan melahirkan Kain. Dia
berkata, "Dengan bantuan TUHAN saya telah melahirkan seorang pria.)
TB Kejadian1:1 Kemudian manusia itu bersetubuh dengan Hawa, istrinya dan mengandunglah
perempuan itu , lalu melahirkan Kain; maka kata perempuan itu “Aku telah
medapatkan anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN ”.
BIS
Kejadian 4:1 Kemudian Adam bersetubuh dengan Hawa, istrinya, dan
hamillah wanita itu. Ia melahirkan seorang anak laki-laki dan berkata,
"Dengan pertolongan TUHAN aku telah mendapat seorang anak laki-laki."
Maka dinamakannya anak itu Kain.
Catatan : Menurut
KJV menerjemahkan Adam tahu istrinya Hawa, dan tidak dicantumkan bahwa Adam
bersetubuh atau berbaring dengan Hawa seperti terjemahan yang lainnya seperti NIV,TB
dan BIS. Kemudian yang tidak dimengerti bahwa Kain telanjang dalam bahasa yang
digunakan oleh KJV (and bare Cain), sedangkan dalam NIV,TB dan BIS,
diterjemahkan melahirkan Kain. Kemudian pada bagian yang terakhir diterjemahkan
dalam KJV “, and said, I have gotten a man
from the LORD, saya mendapatkan
seorang pria dari TUHAN” sedangkan dalam ke tiga versi yang
lain diterjemahkan bahwa Hawa mendapat seorang pria (menurut KJV dan NIV), anak
laki-laki (menurut TB dan BIS). Dari
perbandingan terjemahan yang ada maka yang mudah dimengerti dari versi TB
(Terjemahan Baru).
v KJV Genesis
4:2 And she again bare his brother Abel. And Abel was a
keeper of sheep, but Cain was a tiller of the ground.( Dan
dia lagi telanjang saudaranya Habel. Dan Habel adalah penjaga domba, tetapi
Kain adalah seorang penggarap tanah)
NIV
Genesis 4:2 Later she gave
birth to his brother Abel. Now Abel kept flocks, and Cain worked the soil (Kemudian
ia melahirkan saudaranya Habel. Sekarang Habel
penjaga kawanan,
dan Kain bekerja tanah)
TB
Kejadian 4:2 Selanjutnya
dilahirkannyalah Hebel, adik Kain; dan Hebel menjadi gembala kambing domba, Kain menjadi petani.
BIS
Kejadian 4:2 Lalu Hawa
melahirkan seorang anak laki-laki lagi, namanya Habel. Habel menjadi gembala
domba, tetapi Kain menjadi petani.
Catatan: Menurut
KJV menerjemahkan “And she again bare his
brother Abel” yang diartikan dan dia lagi telanjang saudaranya Habel. Kata bere dalam versi KJV bisa diartikan
telanjang, gundul, kosong. Sedangkan
dalam NIV menggunakan kata birth yang
berarti melahirkan. Kemudian dalam terjemahan KJV Habel adalah penjaga domba
dan Kain sebagai penggarap tanah. Dalam
terjemahan NIV hanya dituliskan bahwa Kain bekerja tanah dan Habel penjaga
kawanan. Dalam TB dituliskan bahwa Kain menjadi petani sedangkan Hebel menjadi
gembala kambing domba. Yang terakhir adalah BIS menuliskan bahwa Kain menjadi
petani sedangkan Habel menjadi gembala domba. Dari keempat perbandingan
terjemahan maka yang ada dua terjemahan yang mengundang perhatian yaitu NIV dan
TB oleh LAI. Dalam NIV dicantumkan Hebel adalah penjaga kawanan, dan tidak tahu
yang dimaksudkan kawanan hewan apa. Begitupun dengan TB oleh LAI dicantumkan
bahwa kain adalah gembala kambing domba, dan hanya TB yang menggunakan nama kedua
hewan ini. Dengan demikian yang bisa disetujui dari suatu ketepatan terjemahan untuk
pekerjaan dari Kain adalah terjemahan KJV dan BIS bahwa pekerjaan Kain adalah
gembala domba.
v KJV Genesis
4:3 And in process of time it came to pass, that Cain
brought of the fruit of the ground an offering unto the LORD. (Dan
dalam proses waktu terjadilah, bahwa Kain membawa buah dari tanah sebagai
korban kepada TUHAN)
NIV
Genesis 4:3 In the course of
time Cain brought some of the fruits of the soil as an offering to the LORD. (Dalam
perjalanan waktu Kain membawa beberapa buah dari tanah sebagai persembahan
kepada TUHAN.)
TB
Kejadian 4:3 Setelah beberapa
waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada
TUHAN sebagai korban.
BIS
Kejadian 4:3 Beberapa waktu
kemudian Kain mengambil sebagian dari panenannya lalu mempersembahkannya kepada
TUHAN.
Catatan Menurut
KJV dan NIV yang dipersembahkan oleh Kain adalah buah [1] untuk
dipersembahkan kepada TUHAN, sedangkan dalam dalam TB dan BIS dikisahkan bahwa
yang dipersembahkan Kain kepada TUHAN adalah sebagian dari hasil tanah (TB)
atau panenannya (BIS). Dari perbandingan terjemahan yang ada maka dapat
disetujui bahwa yang dibawah oleh Kain untuk dipersembahkan kepada TUHAN adalah
buah.
v KJV Genesis
4:5 But unto Cain and to his offering he had not respect.
And Cain was very wroth, and his countenance fell. (Tetapi kepada Kain dan korban persembahannya itu Ia tidak
menghormati. Dan Kain sangat gusar, dan wajah-Nya jatuh)
NIV
Genesis 4:5 but on Cain and his offering he did not look with favor. So
Cain was very angry, and his face was
downcast.(tetapi Kain dan
korban persembahannya itu Ia tidak melihat dengan nikmat. Jadi Kain sangat marah,
dan wajahnya tertunduk)
TB
Kejadian 4:5 tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya.
Lalu hati Kain menjadi sangat panas,
dan mukanya muram
BIS
Kejadian 4:5 tetapi menolak
Kain dan persembahannya. Kain menjadi marah sekali, dan mukanya geram.
Catatan :
Menurut KJV ketika persembahannya tidak diindahkan oleh TUHAN maka ia sangat
gusar dan wajahnya jatuh, demikian dengan NIV yang dapat diterjemahkan bahwa
Kain sangat marah dan wajahnya tertunduk. Sedangkan dalam TB dikisahkan bahwa
hati Kain menjadi sangat panas dan mukanya muram. Begitupun dengan BIS
dikisahkan bahwa Kain menjadi marah sekali dan mukanya geram. Ketika
memperhatikan dari terjemahan naskah asli memang makna ekspresi yang bisa
diterjemahkan adalah wajah kain jatuh. Namun dapat disepakati untuk ungkapan yang
digunakan oleh TB bahwa muka Kain menjadi muram.
4.
CATATAN BERDASARKAN SENI DALAM NARASI
a) Seni
dalam kata-kata
Ketika
mencermati naskah Kejadian 4:1-16 maka perlu diperhatikan kata-kata penting
yang dapat dikemukakan sebagai kata kunci dalam naskah ini. Kata kunci adalah
kata-kata yang biasa ditemui dalam naskah atau kata-kata yang menjadi cirri
khas dari penulis atau pencerita atau juga munculnya kata baru yang
diistimewakan. Adapaun kata-kata itu adalah
v Manusia:
kata ini dalam bahasa Ibrani disebut (אָדָם)
('¹d¹m) kata benda maskulin tunggal
kata ini bisa diterjemahkan manusia
namun bisa disebut sebagai nama, yang menunjuk kepada ciptaan manusia pertama
yaitu Adam. Kata manusia yang bersifat tunggal muncul pada Kej 2:15[2]
yang sama pada ayat 1.
v TUHAN(יהוה)
YHWH kata absolute. Kata Ibrani
Yahweh kadang-kadang diterjemahkan Yehowa. Sesungguhnya Yahweh adalah
satu-satunya nama Allah. Dalam kitab Kejadian di mana saja perkataan syem (‘nama’) dihubungkan dengan Allah,
nama tersebut adalah Yahweh.[3]
v Firman
(דָבָר) davar kata kerja maskulin tunggal absolut dalam bahasa Ibrani davar . Akar kata ini berarti ‘hal yang ada dibelakang’. Jadi dalam
suatu pengertian menunjuk kepada ‘kamar di belakang rumah’, yaitu Tempat Yang
Maha Kudus di Bait Suci. Dalam psikologi Ibrani, ucapan seirang dianggap dalam
pengertian tertentu sebagai bagian dari kedirian
si pembicara yang mempunyai keberadaan sendiri yang nyata. Maka ucapan atau Firman
Allah dalam Alkitab ialah penyataan diri-Nya sendiri, dan kata davar bisa menunjuk kepada berita-berita
tersendiri yang diberikan kepada para nabi atau kepada isi penyataan dalam
keseluruhan.[4]
Namun yang dipakai yang menunjuk kepada perkataan yang keluar dari mulut TUHAN
Allah bukanlah davar melainkan “'¹mar”[5]
yang sama artinya dengan davar
v Tanah
(אֲדָמָה '¦d¹mâ
kata benda feminine tunggal absolute)
Tanah
yang ada di permukaan bumi ini, tempat segala tumbuh-tumbuhan dan semua yang
hidup. Tanah dipakai untuk mezbah sementara.[6]
v Tujuh
(שִׁבְעָה shiba`â kata
sifat feminine dual absolute ) tujuh merupakan
angka kramat yang menunjuk kepada angka kesempurnaan, tujuh merupakan angka
yang tak bisa dipisahkan yang menujuk kepada pekerjaan Allah, sifat Roh Allah
seperti tujuh kaki dian, dan sebagainya.[7]
b) Seni
dalam dialog.
Dalam cerita mengenai Kain dan
Habel, narrator memperhatikan seni dalam berdialog, meskipun dalam bagian
cerita ini ditemui bahwa narrator kurang memperhatikan seni dalam berdialog itu
muncul pada ayat 6 TUHAN bertanya kepada
Kain, namun tidak didapati bahwa Kain menjawab pertanyaan dari TUHAN. Narator
seolah berdiam diri dengan bagian ini. Sehingga cerita dilanjutkan dengan babak
yang baru Kain mengajak adiknya di padang dan membunuhnya. Jika mencermati
bagian ajakan Kain kepada Habel untuk pergi ke padang, maka didapati bahwa
Habel tidak pernah berbicara dari awal sampai akhir hayatnya. Meskipun Habel adalah salah satu tokoh utama dari
cerita ini, seolah-olah narrator tidak memperhatikan bagaimana Habel angkat
bicara. Oleh karena itu meskipun ada bagian yang kurang mendapat perhatian dari
narrator khususnya pada ayat 6, namun ada beberapa seni dalam berdialog yang
nampak dari kisah ini. Itu dapat ditemui
dalam adegan cerita dari naskah ini. Seni dalam berdialog antara TUHAN dengan
Kain mencul pada ayat 9-15. Dalam bagian ini Kain menjawab apa yang ditanyakan
TUHAN ketika ia selesai membunuh adiknya di padang. Sehingga dengan
perbuatannya itu maka TUHAN murka kepadanya dan memberikan hukuman kepadanya.
Selanjutnya Kain mememberikan pembelaan terhadap dirinya dihadapan TUHAN
sehingga ia mendapatkan tanda perlindungan dari TUHAN agar supaya ia tidak
dibunuh.
c) Seni
dalam cerita.
Dalam bagian ini narrator memberikan
cerita yang menarik dengan isyu teologis yang boleh ditemukan dari naskah ini.
Dari cerita yang diungkapkan oleh narrator mengundang pertanyaan mengenai
korban yang dipersembahkan Kain dan Habel kepada TUHAN. Pada bagian awal
didapati bahwa narrator mempersempit penceritaan, namun dengan
sesingkat-singkatnya namun tidak mempersempit pemahamanan dan makna, narrator
menceritakan suasana awal dari kisah Kain dan Habel. Selain itu dari cerita ini
narrator memunculkan sikap TUHAN yang membuka peluang terhadap pembelaan dari
Kain atas hukuman yang diberikan kepadanya atas peristiwa pembunuhan yang telah
ia lakukan terhadap adiknya. Namun hal tidak lupa mencantumkan kreatifitas
narrator dalam menceritakan naskah ini dengan menggunakan bahasa personifikasi
sebagai bagian dari majas perbandingan. Kalimat yang ditemui dalam cerita ini
yang mengandung majas personifikasi dapat ditemui dalam ayat 10 “Darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari
tanah”.
d) Seni
dalam tindakan.
Adapun seni dalam tindakan yang
berada dalam naskh ini yang pertama, (ayat 3,4 )tindakan Kain dan Habel yang
mempersembahkan korban bakaran kepada TUHAN, masing-masing sesuai dengan
keinginan hati mereka untuk mempersembahkan kepada TUHAN. Kain mempersembahkan
setengah dari hasil tanah, sedangkan Habel mempersembahkan anak sulung kambing,
dombanya yakni lemak-lemaknya. Seni tindakan yang kedua (ayat 8) adalah Kain
membunuh Habel adiknya karena Kain panas hati terhadap Hebel karena persembahan
adiknya yang diterima oleh TUHAN dibandingkan apa yang telah diberikannya.Seni
tindakan yang ketiga (ayat 11,12), ketika TUHAN tahu bahwa Kain telah membunuh
adiknya, maka Ia memberikan hukuman atas persitiwa pembunuhan yang dilakukan
oleh kakak Hebel. Seni tindakan yang keempat ( ayat 15)TUHAN melindungi Kain
dengan memberikan tanda di dahinya sehingga kemanapun ia pergi dari orang-orang tidak akan membunuhnya,
meskipun dia berada dalam situasi penghukuman yang diberikan oleh TUHAN.
5.
ANALISIS KHUSUS BERDASARKAN KOMPONEN NARASI
a) Struktur
v Pendahuluan
4:1,2 Sekilas kehidupan Keluarga Manusia
dan Hawa
“Kemudian manusia itu bersetubuh
dengan Hawa, istrinya dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Kain;
maka kata perempuan itu “Aku telah medapatkan anak laki-laki dengan pertolongan
TUHAN ,Selanjutnya dilahirkannyalah Hebel, adik Kain; dan Hebel menjadi
gembala kambing domba, Kain menjadi
petani”
Pada bagian pedahuluan narrator memberikan penjelasan
mengenai kehidupan keluarga Manusia dan Hawa, bagian ini merupakan sambungan
cerita dari pasal sebelumnya yang menceritakan manusia jatuh kedalam dosa
dengan tokoh-tokoh utama adalah Manusia (Adam), Hawa dan TUHAN Allah. Setelah
Manusia dan Hawa diusir dari taman Eden supaya tidak bisa mencapai hidup kekal
(3:23-24) kegiatan pertama yang mereka lakukan adalah bersetubuh.[8]
Persetubuhan yang mereka lakukan dalam rangka untuk meneruskan keturunan,
selain itu oleh Walter Lamp dalam tafsirannya menuliskan bahwa maksud dari
persetubuhan[9]
itu adalah upaya manusia untuk mengenali dan mengakui bahwa Hawa sebagai sebahagian
dari padanya sendiri, manusia mengakui dan menyatakan bahwa Hawa separuh dari
keakuannya (kepribadiannya). Kemudian narrator menceritakan secara singkat
bahwa setelah persetubuhan itu berlangsung dan Hawa itu pun mengandung.
Mengandung merupakan suatu proses pembentukan janin didalam rahim perempuan
ketika sel telur dibuahi oleh sel sperma. Proses ini yang nantinya akan
menghasilkan suatu keturunan baru dan hidup baru didalam manusia yang terkena hukuman
maut, yang kemudian diceritakan oleh narrator
bahwa, Hawa melahirkan suatu keturunan yang baru yaitu Kain. Kain merupakan
anak pertama hasil persetubuhan antara manusia dan Hawa. Kain dilahirkan
berdasarkan pertolongan TUHAN, karena ketika Kain lahir hawa berkata” Aku telah medapatkan anak laki-laki dengan
pertolongan TUHAN”.[10] Meskipun ia dan suaminya gagal memperoleh
hidup kekal, tetapi yang sedikit kurang dari itu diberikan kepada mereka,
keturunan yang akan mengingatkan nama mereka.[11] Ungkapan
yang diucapkan oleh Hawa merupakan suatu pernyataan bahwa kandungan/kehamilan itu bukanlah dalam kuasa dan kemampuan
manusia oleh persetubuhan melainkan pemberian dan pertolongan dari TUHAN. Selanjutnya
arti dari nama Kain menurut keterangan populer bahwa Kata kain diusut dari kata
qana yang dipakai ibunya di ayat 1.
Kata ini bisa berarti melahirkan,membuat,memperoleh. (menurut 2 Sem 21:16) lembing atau tombak.[12]
Selanjutnya pada ayat 2, narrator menceritakan kelahiran Habel. Narator tidak
lagi menceritakan bahwa manusia selanjutnya bersetubuh untuk yang kedua kali,
namun si pencerita langsung dengan suatu cerita kehadiran mansia baru yang ke
dua yaitu Habel adik dari Kain, Habel berasal dari kata hebel (הֶבֶל) yang berulang kali dipakai di dalam kitab
Pengkhotbah. Di sini artinya bukan “sia-sia” tetapi suatu yang tipis seperti
uap atau embun di pagi hari , yang
segera menguap terkena cahaya matahari pagi. Bukan berarti bahwa Habel adalah tokoh
yang berfisik dan berkepribadian lemah, melainkan bahwa hidupnya hanya sebentar
saja. Jika mencermati dari sebuah nama Habel, seolah-olah nama ini meramalkan
suatu perjalanan yang pendek dari pemilik nama ini. Narator tidak menceritakan
kisah seperti kelahiran Kain, namun kisah ini berlanjut dengan situasi
perkembangan, ketika dewasa mereka mempunyai pekerjaan dan cara hidup
masing-masing. Kain menjadi seorang petani dan Habel menjadi seorang gembala
kambing domba. Pengembalaan dan pertanian atau pemeliharaan ternak dan pengusahaan
tanah adalah dua cara hidup yang asasi di Palestina. Pembagian
profesi/pekerjaan merupakan suatu amanat yang telah disampaikan Allah bahwa manusia
harus mengusahakan dan memlihara. Jika mencermati pada bagian pendahuluan ini
berdasarkan uraian yang ada pada point pertama ini, narrator seolah-olah tidak
memperluas pendahuluan kisah ini, itu tercermin dari cara penyampaian cerita
dengan menggunakan kata “kemudian, lalu,selanjutnya”. Bukan untuk mengatakan
bahwa narrator tergesah-gesah atau tidak menguasai tokoh-tokoh yang akan
berperan untuk menceritakan kisah ini,
namun solah-olah focus penceritaan bagian ini pada adegan selanjutnya.
v Perkembangan
ü 4:3-5a
Kain
dan Habel mempersembahkan korban kepada TUHAN,
“Setelah
beberapa waktu lamanya maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasul tanah itu kepada
TUHAN sebagai korban persembahan. Habel juga
mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka
TUHAN mengindahkan Habel dan korban
persembahannya itu, tetapi Kain dan
korban persembahannya tidak diindahkan-Nya.”
Dengan pendahuluan yang singkat , padat dan
jelas, namun tidak sempit makna, narrator melanjutkan dengan kisah korban persembahan
yang dipersembahkan oleh kakak beradik sesuai dengan profesi mereka sejak awal.
Pada bagian ini diceritakan bahwa Kain mempersembahkan sebagian dari hasil
tanah kepada TUHAN, dan Habel mempersembahkan korban persembahan dari anak
sulung kambing domba, yakni lemak-lemaknya. Kisah bahwa Kain membawa sebagian
dari hasil tanah kepada TUHAN, dalam terjemahan asli yang dipersembahkan adalah
buah dari tanah, karena dalam perbandingan terjemahan dari dua fersi dalam
bahasa Inggris yakni KJV dan NIV, keduanya menggunakan kata”fruits” yang
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah buah, namun didapati dalam bagian
ini tidaklah didapati bahwa Kain mempersembahkan buah terjadi suatu pergeseran
kata-kata namun usaha LAI dalam alkitab TB dan BIS untuk menggunakan kata-kata
yang berbeda namun menunjuk kepada makna dan maksud semula. Inilah persembahan
pertama yang dipersembahkan oleh kedua anak dari manusia dan Hawa, kepada
TUHAN. Persembahan yang diberikan sesuai dengan pekerjaan masing-masing dan
sesuai dengan pembagian. Mengingat pada bagian awal sudah disinggung bahwa
manusia ini hendak menjalankan mandat dari TUHAN Allah untuk mengusahakan dan
memlihara bumi. Pada bagian kisah ini narrator tidak menceritrakan kronologi
bagaimana kedua kakak-beradik ini mempersembahkan korban bakaran mereka.
Maksudnya persembahan yang mereka persembahkan, apakah berada di suatu tempat
dan mezbah mereka berjauhan atau tidak? Namun yang pasti, adegan korban yang
dipersembahkan kepada TUHAN itu dipersembahkan oleh mereka, dan tentunya cara
memberikan korban kepada TUHAN dengan membuat korban bakaran. Selanjutnya dari
kisah ini narrator menceritakan bahwa terjadi suatu tindakan oleh TUHAN, ketika
memilih persembahan yang dipersembahkan oleh Kain dan Habel. Ternyata TUHAN
lebih memilih persembahan yang dipersembahkan oleh Habel dari pada Kain.
Tafsiran dari Walter Lemmp memberikan suatu uraian bahwa: walaupun Habel adik
Kain, tetapi tidak bersama-sama mereka beribadat, melainkan terasing bagi
mereka untuk dirinya sendiri. Pekerjaan dan agamapun juga dapat memisahkan
manusia sama sendirinya. Persaudaraan mereka sendiri disangkal. Persekutuan
dengan Allah digantikan oleh agama, kepatuhan oleh kurban persembahan,
persekutuan sama sendirinya oleh persaingan.
Tidak disangka bahwa TUHAN mengindahkan korban dari Habel, memang tidak
dinyatakan sama sekali suatu alasan apapun juga mengapa TUHAN melebihkan Habel
dan menerima baik persembahannya. Alasan untuk menerima korban ini bukanalh
sekali-kali terletak pada kemauan manusia melainkan bergantung kepada kehendak
bebas TUHAN. TUHAN bebas menerima atau menolak persempahan manusia. Dan manusia
tidak bisa memaksa dengan kepercayaannya. Oleh karena itulah alasan oleh Walter
Lemmp melihat bagaimana cara untuk memecahkan teka-teki yang berada dalam
bagian naskah ini. Dengan demikian dapat disimpulkan bagian ini, memang narrator
berdiam diri dan tidak memberikan keterangan lebih untuk bagian naskah ini,
sehingga terjadi banyak pemahaman untuk mencoba menyelesaikan masalah yang
muncul dalam bagian ini, bahkan dalam tulisan dari Dr Gerit Singgih menuliskan
bahwa terjadi favoritisme atau pilih kasih dari pihak TUHAN.
ü
4:5b-7 Suasana pribadi Kain dan perkataan TUHAN
kepadanya
“Lalu hati Kain menjadi sangat panas dan
mukanya muram. Firman TUHAN kepada Kain: “Mengapa hatimu panas
dan mukamu muram? Apakah mukamu
tidak akan berseri jika engkau berbuat
baik? Tetapi jika engkau tidak
berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus
berkuasa atasnya”
Narrator
pun melanjutkan dengan adegan akibat atau lebih tepatnya dampak dari persembahan
yang dipersembahkan oleh Kain dan Habel. Narator menceritakan bahwa dari korban yang diberikan kepada TUHAN dari kakak beradik yang ternyata menimbulkan tragedi dan ini yang
menjadi konflik puncak dalam cerita ini. Menyadari bahwa persembahan (dan
dengan ibadahnya) ditolak oleh TUHAN, respons Kain terhadap penolakan ini
membuat ia menjadi marah. Dalam TB menuliskan “hati Kain menjadi sangat panas dan mukanya muram”. Dalam terjemahan
asli menggunakan kata (wyn"P' WlP.YIw:) wayyiplu
panau yang dapat diterjemahkan secara harafiah “wahajnya jatuh”. Kehilangan
muka merupakan wujud dari rasa malu yang sangat mendalam. Dan dampak dari rasa
malu ini maka orang bisa melakukan apa saja demi menutupi rasa malu yang
dialami. Pada bagian ayat 6 narator sudah memulai dengan membuka dialog antara
TUHAN dan Kain, dengan respons atas ekspresi dari Kain terhadap persembahan
yang di tolak oleh TUHAN. Diaolog yang dibuka oleh narrator merupakan suatu
ajakan berbuat baik kepada Kain, jika dilihat seperti seorang tua yang
memberikan nasehat kepada sang anak. Namun sebelumnya TUHAN mengawali dengan
pertanyaan yang disampaikan kepada Kain berdasarkan ekspresi yang terpancar
dari wajahnya. Sebenarnya dalam ayat 6 pertanyaan TUHAN membalikan perkara
kepada Kain dan menuntut kepadanya supaya dibenarkannya kebenciannya. Kebencian
dan kekiran hati tidaklah dapat dibenarkan, melainkan semuanya itu menyatakan
ketidak percayaan yang tidak dapat lagi menahan jalan TUHAN yang tidak
dimengerti. Corak dan gejala ketidak percayaan dalam hal ini adalah kebencian
dan murka yang mencoab merampas haknya dengan memaksa TUHAN. Pada ayat 7 TUHAN
pun berfirman atau berkata kepada Kain yang dimaksudkan untuk menyadarkan kedua
gerak hatinya yaitu: baik dan jahat. Perkataan TUHAN kepada Kain ini memberikan
suatu arahan terhadap sikapnya. Jika
engkau berbuat baik maka engaku mengangkat mukamu, jika tidak berbuat baik dosa
sudah mengintip di depan pintu.[13]
Perkataan inilah yang mengarahkan hati Kain sehingga pada bagian ini muncul
kata dosa (kattat), dan perintah TUHAN kepada Kain agar dia dapat berkuasa
atasnya. Perintah ini dimaksudkan agar supaya Kain tidak menjadi budak nafsu,
sehingga narrator mencatat bagaimana TUHAN menyampaikan perkataannya kepada
Kain.
ü
4: 8
Kain membunuh Habel
“Kata Kain kepada Habel
adiknya: “Marilah kita pergi ke padang”Ketika mereka ada di
padang , tida-tiba Kain memukul Habel , adiknya itu, lalu membunuh dia”
Pada
adegan ini narrator menceritakan bagaimana Kain mengajak adiknya ke padang,
dengan maksud untuk membunuh dia di sana. Perkataan Kain kepada adiknya ini
merupakan suatu percakapan sehari-hari.
Dengan sungguh sengaja oleh narrator ditambahkan nama Habel. Maksudnya
dengan kata itu diutamakanlah kehebatan dan kedahsyatan Kain. Dengan keamarahan
yang sudah meluap-luap dan pada kenyataannya bahwa, Kain tidak mengindahkan apa
yang telah disampaikan TUHAN kepadanya, maka dia memberikan dirinya untuk
dikuasai oleh dosa. Emosi yang membara yang berada di dalam diri Kain
membutakan tali persaudaraan antara dirinya dan Hebel. Sehingga dengan alasan
penolakan TUHAN terhadap persembahannya itulah yang membuat Kain untuk mengajak
adikanya Habel pergi ke padang. Nafsu telah menguasai Kain sehingga terjadilah
pembunuhan pertama yang dilakukan Kain kepada Habel adiknya. Dalam tulisan
Walter Lemmp berdasarkan kutipan dari Von Rad, menuslikan dengan inilah
terjadilah pembunuhan yang pertama karena Allah. Karena TUHAN mendahulukan
Habel , maka Kain berjuang dengan senjata untuk persamaan haknya. Namun
terlepas dari usaha untuk memahami suasan hati Kain yang dibutakan oleh
emosinya karena ketidak terimaannya terhadap tindakan TUHAN yang menolak persembahannya. Adegan ini sama
sekali tidak ditemui bahwa Habel berbicara. Habel tidak mengeluarkan sepatah
kata apapun dalam adegan ini. Dan narrator seolah-olah tidak memperhatikan
sebaik mungkin terutama tokoh Habel. Pertanyaannya ketika Kain memukul adiknya
sampai mati, apakah tidak ada suara yang keluar dari mulut adiknya itu? Atau
dalam perjalanan menuju ke tempat yang telah ditentukan oleh Kain, apakah tidak
terjadi dialog antara keduanya? Memang jika ditemui bahwa narrator berdiam diri
dengan pribadi Habel sampai ia mati.
ü 4:
9-10 Tuhan mempertanyakan keberadaan
Habel
“Firman TUHAN
kepada Kain: "Di mana Habel, adikmu itu?" Jawabnya: "Aku tidak
tahu! Apakah aku penjaga adikku?" Firman-Nya:
"Apakah yang telah kauperbuat ini? Darah adikmu itu berteriak kepada-Ku
dari tanah.”
Pada adegan inilah terjadi diaolog antara TUHAN dengan Kain
selepas pembunuhan yang dilakukan oleh Kain di padang. Narrator menceritrakan
bahwa dialog ini merupakan dialog antara TUHAN dengan Kain yang mempertanyakan
keberadaan Habel. Pertanyaan TUHAN kepada Kain yang mempertanyakan adinknya,
dijawab secara tidak sopan oleh Kain. Jawaban atas pertanyaan dari TUHAN
menggambarkan bagaimana suasana hati Kain yang masih sangat dikuasai oleh
emosinya. Dari diaolog ini tergambar psikologis Kain ketika menghadapi suatu
kenyataan bahwa persembahannya telah ditolak oleh TUHAN dan yang kedua adalah Kain
membunuh Habel. Kain berada pada posisi labil ketika TUHAN bertanya kepadanya.
Namun yang dapat dianalisis dari bagian ini khususnya ayat 9 yaitu; narrator
seolah-olah membuat TUHAN tidak tau dengan peristiwa itu. Padahal jika
dibandingkan dengan sifat-sifat-Nya bahwa dia dipahami sebagai yang omnipoten
(berkuasa dimana-mana) dan omnisiens (serba mengetahui)[14]
pada bagian ini seolah-olah TUHAN tidak memperhatikan peristiwa ini. Namun jika
dibandingkan kejatuhan manusia di taman Eden, Allah memberikan kehendak bebas
kepada manusia untuk memilih yang baik dan yang jahat. Jika memang TUHAN
memberikan suatu kehendak bebas terhadap situasi ini seperti kisah di taman
Eden, maka dapat dipahami ini merupakan suatu kreatifitas dari narrator untuk
menempatkan bagaimana posisi TUHAN dalam kisah ini. Namun dilain pihak
pertanyaan TUHAN, membuka ruang kemungkinan kepada cara TUHAN, untuk membuka kesempatan mengakui tindakannya yang
telah merenggut nyawa adiknya itu. Pada ayat 10, narrator menuliskan bagaimana
TUHAN mengetahui apa yang dilakukan oleh Kain. Walter Lemmp menuliskan: Allah
berteriak yang menyatakan dahsyatnya dan hebatnya pembunuhan itu, dan
mengundang murka TUHAN terhadap peristiwa itu. Memang pembunuhan ini tidaklah
dilihat orang, dan disana tidak ada penuntut untuk menuntut tindakan Kain.
Namun TUHAN menjaga kehidupan manusia. Kehidupan milik-mutlak dari sang
Pencipta dan sekali-kali tidak bisa dirampas oleh manusia. Darah tempat
kediaman kehidupan, menjadi penuntut, sehingga oleh narrator memberikan suatu
ungkapan bahwa “Darah adikmu itu
berteriak kepada-Ku dari tanah”, tidak mungkin segumpal darah dapat
berteriak-teriak, namun ini menggambarkan bagaimana TUHAN mengenal ciptaannya
dan memperhatikan ciptaannya itu. Kepekaan TUHAN terhadap ciptaannya itu
dinyatakan dengan ungkapan TUHAN kepada Kain, karena pada tafsiran untuk
pertanyaan yang pertama disinyalir bahwa mayat Habel sudah ditimbun dalam
tanah. Meskipun demikian itu tidak bisa menyembunyikan ciptaan TUHAN dari
segala pantauannya. Dan memang tepat ungkapan ini yang diapakai oleh narrator
sebagai usaha untuk menjawab bagaimana TUHAN tetap memperhatikan umatnya.
ü
14:11-12 Kata-kata hukuman TUHAN kepada Kain
“
Maka sekarang, terkutuklah engkau , terbuang jauh dari tanah yang
mengangakan mulutnya untuk menerima darah adikmu itu dari tanganmu. Apabila engkau mengusahakan tanah itu, maka
tanah itu tidak akan memberikan hasil sepenuhnya lagi kepadamu; engkau menjadi
seorang pelarian dan pengembara di bumi.”
Pada bagian ini narrator mengkhususkan perkataan TUHAN
yang mengandung hukuman dan kutukan
kepada Kain atas tindakannya membunuh adiknya Habel dan tindakan yang
menyangkal dihadapan TUHAN atas tindakannya itu. Narattor menuliskan tindakan
TUHAN dengan memulai ucapannya dengan yaitu : “Maka sekarang” (dalam naskah Ibrani menggunakan kata hT'[;w>
We’attah)[15] kata
ini dapat dianalisis sebagai suatu luapan emosi TUHAN terhadap tindakan
Kain. Dan memang benar bahwa emosi ini
muncul dengan kata “terkutuklah”(dalam
naskah asli menggunakan kata rWra' ’arur yang
sudah mengalami perobahan yang berasal dari kata rr;a' ('¹rar
). Kata ini tidak bisa dirobah atau digugat oleh siapapun, karena Kain telah
mencuri hak/daulat TUHAN. Oleh karena itu perkataan dari TUHAN seolah suatu
penyesalan atas apa yang terjadi dengan peristiwa itu terlebih khusus tindakan
Kain kepada adiknya. Kutuk yang pertama yang keluar dari mulut TUHAN yaitu terbuang
jauh dari tanah yang telah menerima darah kematian adiknya itu. Dengan demikian
Kain diusir dari wilayah kedaulatan TUHAN. Dia tidak tinggal lagi dalam
perdamaian dan kesejahtraan daerah kekuasaan TUHAN. Dan dapat dicermati dari perkataan ini
sebagai tindakan pengucilan yang dilakukan TUHAN kepada Kain. Kemudian kutuk
yang kedua yang keluar dari mulut TUHAN yaitu; tanah yang diusahakan tidak akan
memberikan hasil sepenunya kepada Kain. Sebagaimana tanah yang telah menjadi
saksi akan kejahatan yang dilakukan oleh Kain terhadap adiknya, sehingga tanah
yang sangat erat berhubungan dengan manusia dikutiki TUHAN untuk tidak
memberikan hasil sepenuhnya kepada Kain
ü
14:13-15 Kain memberikan pengeluhan terhadap hukuman yang diberikan oleh TUHAN
“Kata
Kain kepada TUHAN: "Hukumanku itu lebih besar dari pada yang dapat
kutanggung. Engkau menghalau aku
sekarang dari tanah ini dan aku akan tersembunyi dari hadapan-Mu, seorang pelarian dan pengembara di bumi; maka barangsiapa yang akan bertemu dengan aku,
tentulah akan membunuh aku. " Firman TUHAN kepadanya: "Sekali-kali
tidak! Barangsiapa yang membunuh Kain akan dibalaskan kepadanya tujuh kali lipat. "
Kemudian TUHAN menaruh tanda pada Kain , supaya ia jangan dibunuh
oleh barangsiapapun yang bertemu dengan dia.”
Pada bagian ini Kain angkat bicara mengenai
kutukan yang disampaikan TUHAN kepadanya. Suasana batin terkejut dengan kutukan
yang harus dijalankan akibat perbuatannya. Pada bagian ini khususnya ayat 13 Kain
melihat bukan kebesaran dosanya melainkan besarnya hukuman yang harus ia
tanggung. Ini merupakan resposn atas
hukuman ini. Sehingga pada ayat 14 mencerminkan dan memantulkan renungan hati Kain
untuk pertama kalinya ia menginsafi kebesaran karunia TUHAN yang telah meliputi
dia orang berdosa itu. Walter Lemmp menuliskan: Keamanan dan ketentraman tanah
TUHAN, perdamaian, persaudaraan dan persekutuan penyembahan kepada TUHAN
dihalau oleh sang pencipta sehingga terjadi suatu tindakan untuk mengucilkan
Kain dari tanah itu. Suasana hidup yang menjadi pengembara di tanah orang
terucap dari mulut Kain. Dan suatu ketakutan yang dialaminya ketika ia akan
dikejar-kejar dan akan dibunuh oleh siapapun yang akan dia temui. Perkataan ini
tercermin suatu system pemahaman tabor tuai yang berkembang pada waktu itu,
yakni siapa yang membunuh maka dia akan dibunuh. Sehingga pengeluhan ini
disampaikan kepada TUHAN, selain itu dalam pembahasaan yang lain terjadi tawar
menawar yang dilakukan Kain kepada TUHAN. Namun pada ayat yang ke 15, narrator
mencatat tindakan TUHAN lewat firman-Nya kepada Kain bahwa meskipu ia berada
dalam penghukuman namun TUHAN akan memberikan tanda kepadanya. Ini merupakan
tindakan untuk mencegah suatu keadaan kocar-kacir, dimana tiap-tiap orang
saling membunuh sehingga perlindungan itu diberikan kepadanya. TUHAN memberikan
pembalasan kepada siapa saja yang membunuh dengan hukuman tujuh kali lipat yang
akan dibalaskan kepada orang yang akan membunuh Kain. Menurut Walter Lemmp
maksud dari tujuh kali lipat hukuman yang akan diberikan bahwa, narrator hendak
mengingatkan bahwa hukuman penutut balasan darah diantara suku-suku dan marga adalah merupakan
suatu perlindungan dan jaminan tertentu terhadap pembunuhan yang
sewanang-wenang dalam masyarakat yang bersahaja. Oleh karena itu TUHAN
memberikan tanda kepada Kain agar supaya ia tidak dibunuh. Tanda yang diberikan
kepada Kain adalah tanda yang biasanya diberikan kepada hamba,
binatang-binatang dan tawanan perang. Tanda yang diberikan ini menyatakan bahwa
yang empunya tanda yaitu Kain adalah milik TUHAN, meskipun Kain dalam hidupnya
menjalankan hukuman yang berasal dari TUHAN,
namun dia berada langsung dibawah perlindungan TUHAN. Kemudian tanda itu
diberikan kepada Kain, ada banyak tanggapan mengenai tanda yang diberikan
kepada kain seperti (+ atau X), namun tidak ada yang tahu pasti tanda yang
diberikan TUHAN kepada Kain pada waktu itu.
v Penutup
ü 4:
16 Kain pergi dari hadapan TUHAN
“Lalu Kain pergi dari hadapan TUHANdan ia
menetap di tanah Nod, di sebelah timur Eden”
Pada
bagian ini merupakan penutup kisah dari Kain dan Habel, narrator menceritakan
bahwa setelah Kain menerima hukuman dari TUHAN, maka ia pun pergi dari hadapan
TUHAN . Kain meninggalkan lingkungan pandangan TUHAN: dia hidup tanpa TUHAN,
namun ditanggung dan dijamin oleh TUHAN. Selanjutnya Kain pergi ke tanah Nod.
Nod merupakan sebidang tanah di sebelah Timur, atau di depan Eden.[16]
Kepergian Kain harus dilakukan karena ini merupakan suatu proses penghukuman
yang diberikan TUHAN kepadanya.
b) Alur/Plot
Narator dalam penceritaannya, menggunakan
alur maju, tanpa sorot balik kisah atau mengulang kisah yang terjadi di masa
lampau. Karena cerita ini merupakan cerita yang berlanjut, yang diawali dengan
pengantar, pokok permasalahan sampai kepada pemecahan masalah. Maka jelaslah
bahwa kisah ini memang menggunakan alur maju.
c) Karakter/Karakterisasi
v Manusia
(אָדָם) ('¹d¹m) manusia yang dimaksudkan di sini adalah suami dari
Hawa. Manusia atau Adam adalah makhluk yang diciptakan TUHAN Allah yang
ditempatkan di taman Eden. Nama lain dari manusia adalah Adam, nama ini diambil
dari asal mula manusia di bentuk, yakni dari tanah[17].
Manusia dalam naskah ini yang bersetubuh dengan Hawa dan merupakan ayah dari
Kain dan Habel.
v Hawa
adalah istri Adam yang diciptakan dari salah satu tulang rusuk Adam (Kej 2:22).
Adam memberikan nama ini seba dialah yang menjadi ibu semua yang hidup (Kej3:20)[18]
Pada bagian cerita ini, karakter Hawa tidak dinampakan oleh narrator
dikarenakan Hawa adalah peran yang munculkan sebagai pengantar kisah Kain dan
Habel.
v TUHAN
dalam bagian ini mempunyai karakter yang tegas tapi kasih. Ini Nampak dari
hukuman yang diberikan-Nya kepada Kain, ketika peristiwa pembunuhan itu terjadi.
Karakter TUHAN yang juga dinampakan oleh narrator adalah TUHAN yang maha tahu
dan berkuasa atas segala makhluk ciptaan-Nya.[19] Namun
berdasarkan uraian teks yang ada, seoalah-olah narrator memunculkan sikap
ketidak adilan TUHAN kepada korban yang dipersembahkan oleh Kain.
v Kain
yang berarti mendapat atau memperoleh berdasarkan kata Ibrani, yang juga bisa
diartikan sebagai lembing atau tombak menurut 1 Samuel 21:16. Dan kemudian
berasarkan keterangan ini Walter Lemmp menyimpulkan nama ini berarti yang
mengandal kepada senjata dan kuasa.[20]
Dalam bagian ini karakter yang dinampakan oleh narrator untuk tokoh Kain,
merupakan tokoh yang berwatak keras dan emosional yang tinggi. Namun dibalik
sikap emosionalnya yang tinggi, sikap Kain untuk menyadari akan kesalahannya
itu dimunculkan oleh Narator.
v Habel
adalah nama yang berarti hembusan angin, kesia-siaan, embun.[21]
Sebenarnya karakter yang dimunculkan oleh narrator dalam kisah ini untuk tokoh
Habel tidak terlalu luas. Namun yang bisa ditangkap dari cerita ini bahwa Habel
adalah tokoh yang setia kepada kakaknya sampai ia mati.
d) Konflik/kontras
Konflik yang terjadi dalam cerita
ini dimulai dari pemberian korban persembahan dari Kain dan Habel kepada TUHAN.
Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanahnya dan Habel mempersembahkan
dari anak kambing domba sulung yakni lemak-lemaknya kepada TUHAN. Namun yang
diindahkan oleh TUHAN adalah pemberian dari Habel, sehingga Kain mengajak Habel
ke padang dan membunuhnya di sana. Dengan demikian didapati ada dua konflik
yang dapat dianalisi dari naskah ini. Yang pertama adalah, penolakan
persembahan Kain oleh TUHAN dan yang kedua Kain membunuh adiknya Habel
e) Setting/Lokasi
Dalam
kisah ini narrator tidak memberikan suatu petunjuk kepada para pembaca mengenai
tempat terjadinya peristiwa. Pada cerita sebelumnya ketika manusia jatuh
kedalam dosa dan mereka di suruh keluar dari taman Eden maka, narrator terus
menceritakan kisah mengenai Adam dan Hawa namun tempat/ lokasi mereka berada
tidak diceritakan sampai pada kisah ini. Namun mencoba untuk menjawab teka-teki
yang yang dibuat oleh narrator mengenai lokasi terjadinya peristiwa yakni di
sekitar taman Eden. Alasan yang memperkuat pemikiran sementara untuk tempat
terjadinya peristiwa, ketika Kain pergi dari hadapan TUHAN ke tanah Nod sebelah
Timur Eden.
f) Waktu
Dalam menentukan waktu dalam kisah
ini, tidaklah didapati suatu petunjuk yang tersurat yang bisa di gunakan dalam
menunjukan kapan waktu terjadi, namun ketika memperhatikan penggunaan kata
TUHAN pada naskah ini dan dihubungkan dengan ciri-ciri dari sumber Yahwist (Y),
bahwa Allah selalu disebut dengan nama Yahwe, juga nenek moyang Israel sudah
mengenal nama ini, (Kej 4:26). Pada umunya Allah di dalam wahyu-Nya dilukiskan
dan digambarkan dalam bentuk seorang manusia.[22]
Dengan memperhatikan alasan-alasan yang ada pada kalimat-kalimat sebelumnya
maka waktu yang dapat ditarik berdasarkan teori sumber Y sekitar tahun 900-800
seb.Kr di daerah Selatan (Yehuda).
g) Style/Gaya
Style/gaya yang muncul dalam naskah
ini adalah narrator menggunakan suatu pengantar yang singkat mengenai orang tua
dari Kain dan Habel, bahkan pekerjaan dari masing-masing mereka. Pada bagian
tertentu gaya bahasa yang digunakan oleh narrator adalah bahasa majas
personifikasi[23].
Selain itu pada bagian perkembangan cerita narrator mulai memunculkan tokoh
TUHAN yang merupakan salah satu tokoh utama dari cerita ini. Dalam hal ini
secara keseluruhan narrator memperhatikan suatu pendahuluan cerita perkembangan
dengan konflik kakak beradik dengan pokok permasalahan persembahan, kemudian
hukuman yang diberikan oleh TUHAN dan pembalaan TUHAN kepada Kain sebagai
bagian terakhir gaya bercerita bahwa TUAHAN memberikan keleluasaan bagi Kain.
h) Narator
Dalam cerita
ini, nampaknya narrator mengawali cerita dengan menerangkan Manusia dan Hawa
sebagai orang tua dari Kain dan Habel. Ini menandakan bahwa narrator memberikan
suatu pengantar mengenai tokoh-tokoh dalam kisah, nanti pada perkembangan
cerita maka narrator memunculkan tokoh TUHAN. Dalam cerita ini ada saat dimana
narrator berdiam diri, sehingga pertanyaan yang ditanyakan oleh TUHAN tidak
dijawab oleh Kain. Narator berdiam diri dengan tokoh Habel, sampai ia mati
terbunuh oleh kakaknya Habel tidak pernah berucap sepatah kata apapun . sehingga
kelihatan dari kisah ini agaknya narator dalam hal ini lebih memperhatikan
dialog dengan kata-kata yang panjang, kecuali pada ayat 9. Pada akhir kisah
narator secara ringkas menceritakan tindakan Kain ketika TUHAN menghukumnya.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa narator membuka kisa dengan pengantar
yang padat dan ditutup juga dengan kisah penutup yang padat.
i)
Pesan Narasi
Adapun pesan
narasi yang dapat direlevansikan pada masa kini berdasarkan teks Kejadian
4:1-16 adalah sebagai berikut:
-
Kelahiran manusia baru, bukanlah
semata-mata karena kekuatan dan akal manusia, melainkan atas campur tangan
TUHAN atau oleh karena pertolongan-Nya sehingga manusia yang baru bisa berada
di dunia ini.
-
Segala hasil usaha manusia yang dikelola
di alam semesta ini atau apapun pekerjaan manusia, adalah wujud nyata dari
kasih setia dan kasih anugrah TUHAN. Oleh karena itu wujud nyata dari semuanya
itu, maka manusia hendaklah mempersembahkan apa yang sudah menjadi milik
kepunyaan TUHAN.
-
Memaksakan kehendak kepada TUHAN akan merugikan diri sendiri.
-
Iri hati atas apa yang tidak dimiliki
atau kedengkian untuk sesuatu yang tidak dapat dicapai atau digapai, akan
membuka peluang kepada dosa. Dan akibat dari peluang yang dibuka untuk dosa,
maka manusia akan dikuasai oleh segala rencana jahat yang akan merugikan diri
sendiri dan orang lain.
-
Mengaku akan segala kesalahan dihadapan
TUHAN adalah baik, dari pada menyembunyikan dosa dihadapan TUHAN.
-
Mata TUHAN tidak kurang jeli untuk
melihat dan tidak kurang tajam untuk mendengar. Karena itu segala sesuatu yang
terjadi di dalam alam semesta termasuk kejadian atau perkara yang dialami oleh
manusia, selalu di dengar oleh TUHAN.
-
Hukuman TUHAN selalu ditimpahkannya kepada semua orang yang
dengan sengaja mengambil kedaulatan/hak TUHAN. Dan hukuman-Nya selalu adil bagi orang yang melakukan
kesalahan.
-
TUHAN tetap memelihara dan menjaga
setiap orang yang bersalah dan berdosa, meskipun mereka berada dalam
penghukuman. Karena TUHAN selalu kasih, tegas dan adil dalam segala
tindakannya.
LITERATUR
Buku-buku.
Blommendaal, J.
Pengantar kepada Perjanjian Lama. : BPK Gunung Mulia, 1993
Lemmp.Walter, Tafsiran Kejadian (1;1-4:26). Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1964
Singgih, Emanuel.
Gerrit, Dua Konteks. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2009
Alkitab,
Kamus, Ensiklopedi
Alkitab
Edisi Studi, Jakarta: LAI 2010
Biblia
Hebraika. Jakarta: LAI 1999
Browning, W.R.F. Kamus Alkitab. Jakarta : BPK Gunung
Mulia, 2008
Collins, Gerald.O., Farrugia, Edward.G. Kamus Teologi.Yogyakarta: Kaninsius
2006
Douglas,J.D.
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini- Jilid I
A-L. Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF,2005
__________. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini- Jilid II
M-Z. Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF,2005
Program
dan website
Bible Works 4.0
www.sabda.org
[1]
Jika
memperhatikan terjemahan dari KJV dan NIV untuk persembahan yang dibawa oleh
Kain, dlam versi KJV
mengisahkan bahwa Kain membawa buah dari tanah sebagai korban kepada TUHAN, sedangkan dalam NIV dikisahkan bahwa Kain membawa
beberapa buah dari tanah sebagai persembahan kepada TUHAN. Dalam bahasa Ibrani hanya ditemukan kata buah (פְּרִי periy)
[2] Bnd Kej1:26. Kata manusia yang
dipakai pada bagian ini bersifat jamak yang menunjuk pada dia laki-laki dan dia
perempuan. Kata Manusia dalam fersi penciptaan yang ada dalam Kejadian
1:1-2:4a, menerangkan bahwa manusia merupakan kata benda kolektif yang menunjuk
pada umat manusia (W.R.F. Browning,
Kamus Alkitab.hlm3) Berbeda dengan kata manusia yang ada pada Kej 2:15 dan
Kej4:1, yang sifat dari kata itu adalah tunggal dan hanya menunjuk kepada dia
laki-laki sedangkan perempuan diciptakan sesudah manusia diciptakan.
[3] J.D. Douglas. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I,
(Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF,
2007)hlm 38-39
[4] J.D. Douglas,Op.Cit.hlm
315
[5]
rm;a' ('¹mar) kata kerja waw consec orang ke 3 maskulin tunggal.
Pada kata ibrani sudah mengalami perobahan rm,aYOw: dari akar kata rm;a' ('¹mar)
[6] Ibid.hlm204
[7] Bnd.W.R.F.Browning. Kamus Alkitab.(Jakarta, BPK Gunung
Mulia 2007)hlm462
[8] Emanuel Gerrit Singgih.Dua Konteks,(Jakarta:BPK Gunung
Mulia,2009)hlm102
[9] Persetubuhan yang dimaksudkan di sini bahwa makna persetubuhan jangan hanya dilihat dari
makna hurufiahnya saja melainkan harus menggali makna dibalik persetubuhan itu,
karena di balik persetubuhan itu, Adam memahami siapa dirinya bagi dirinya
sendiri dan siapa dirinya bagi Hawa (bagi orang lain)
[10] Menurut Walter Lemmp, dalam
bahasa asli sabda ibu pertama itu merupakan suatu permainan kata atau sindiran
yang tidak dinyatakan dalam terjemahan.
Sindirian itu memainkan nama Kain oleh
karena bunyinya berhubungan dengan kata Ibrani untuk mendapat, memperoleh.
[12] Welter
Lemp.Tafsiran Kejadian (1:1-4:26),(Jakarta:BPK
Gunung Mulia, 1964)hlm158.bnd Emanuel
Gerrit Singgih.Dua Konteks,(Jakarta:BPK
Gunung Mulia,2009)hlm102
[13] Welter Lemp. Op.Cit.hlm162 bnd Alkitab
Edisi Studi yang memberikan keterangan mengenai kata mengintip berasal dari
kata bahas Babel untuk roh jahat yang
menunggu di dapan pintu.
[15] w> (w®) particle conjunction yang berarti dan, hT'[; (`attâ) particle adverb yang berarti
sekarang, sehingga secara harafiah dapat diterjemahkan dan sekarang
[16]Douglas.Op.Cit.hlm162
[17] Manusia
dalam bahasa Ibrani (אָדָם) ('¹d¹m) kata benda maskulin
tunggal absolute. Kata ini biasanya menunjuk kepada manusia pertama yang
diciptakan TUHAN Allah. Kata ini berasal
dari kata (אֲדָמָה '¦d¹mâ) kata benda feminine tunggal. Yang diartikan sebagai tanah atau bumi. Karena
manusia diciptakan dari tanah maka nama dari manusia pertama adalah Adam.
[19] Bnd. W.R.F. Browning, Kamus Alkitab.(Jakarta, BPK Gunung
Mulia 2007)hlm 15-16
[20] Lemmp.Op.Cit,hlm158.
[22]Bnd.
Kej4:6-7. Allah seolah-olah digambarkan seperti manusia yang bercerita dengan
Kain.
[23] Majas personifikasi adalah
pengumpamaan (pelambangan) benda mati sebagai orang atau manusia.
Sukses sllu . . GB
BalasHapus